BUNTOK - Jembatan Kalahien yang membentang di atas Sungai Barito,
Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan (Barsel) perlu
perhatian serius. Sebab, kini keberadaannya seolah terus dirundung
masalah. Potensi ancaman tabrakan masih akan terus terjadi. Buktinya
Senin (6/2) kemarin, kejadian serupa nyaris terulang. Sehingga ibarat
luka, yang lama belum kering sudah akan muncul luka baru.
Tabrakan kedua ini nyaris terjadi hanya berselang sekitar 24 jam sejak
jembatan itu berhasil dilepaskan dari himpitan tongkang MBS 62 yang
sarat batubara Minggu (5/2) pukul 15.00 lalu. Persisnya, Senin (6/2)
sekitar pukul 15.00.
"Kemarin sekitar pukul 15.00, hampir saja tongkang batubara lain
menabrak Jembatan Kalahien lagi. Untung sebelum bodi tongkang menyentuh
tiang utama, berhasil ditarik ke arah berlawanan. Sampai-sampai,
tongkang itu berputar-putar dan putarannya juga hampir mengenai tiang
jembatan," kata Hardianson, Sekretaris Desa Kalahien per telepon,
kemarin.
Tokoh masyarakat itu berharap agar pemerintah segera memberdayakan alat
pemandu agar jembatan yang menjadi kebanggaan masyarakat Buntok itu
aman dari sentuhan kapal-kapal yang melintas di bawahnya.
"Sebab, tongkang batubara setiap menit ada yang melintas di bawahnya,"
tutur Hardianson lagi.
Arif, seorang anggota DPRD Barsel juga mendesak agar pemerintah
secepatnya memperbaiki kerusakan tiang jembatan. Dia juga mendesak
pemerintah secepatnya membuat peraturan dan asis untuk menjaga aset
berharga itu dari ancaman dan benturan serupa.
"Pemerintah hendaknya memberikan sanksi tegas sesuai dengan aturan yang
berlaku atas kelalaian kapten kapal yang mengakibatkan tertabraknya
tiang jembatan," tandas Arif.
Sementara sejumlah warga mengaku masih trauma dengan insiden rubuhnya
Jembatan Kutai Kartanegara di Tenggarong, Kaltim pada Sabtu 26 November
2011 silam. Mereka mengaku waswas saat melintas di atas jembatan dengan
panjang bentang 620 meter.
"Kondisi jembatan 'kan sudah tidak seperti dulu lagi. Sebab tiang utama
dan beberapa bagiannya sudah miring dan renggang. Ya, takut rubuh juga
seperti Jembatan Kutai Kartanegara. Karena itu wajar kalau pengendara,
terutama yang mengendarai mobil harus berhati-hati," komentar ujar
Firdaus Nugroho (35), warga Buntok usai melintas di jembatan itu,
kemarin.
***
JAMIN AMAN : Di Palangka Raya, Kepala Dinas PU Kalteng Ir Ben Brahim S
Bahat MM MT menjamin bahwa Jembatan Kalahien sudah aman dilewati.
"Kita berani jamin kondisi Jembatan Kalahien aman. Tidak benar jika
dikatakan tiang utama jembatan itu bengkok, dan lengkung bajanya
mengalami perubahan bentuk. Kami sudah melakukan pengecekan dua hari
ini, hingga siang tadi," jelas Ben kepada Kalteng Pos, kemarin.
Ben juga membantah bahwa lantai jembatan yang baru diresmikan 25
Nopember 2010 itu mengalami penggeseran sepanjang tiga sampai lima cm.
Menurut dua, seluruh jembatan memang memiliki konstruksi seperti itu.
Tujuanya, setiap segmen dari jembatan ada jarak atau celah yang dibuat
untuk pergerakan jika jembatan menerima beban.
"Celah jembatan atau expansion joint memang ada sebagai nafas untuk
jembatan. Jadi jembatan itu tidak diperbolehkan menempel antara lantai
dengan lantai (kontak langsung). Kalau menempel dipastikan ada retakan,
karena jembatan memiliki lengkungan dan di bagian bawahnya ada bering
(bantalan). Jika ada penambahan beban maka akan memanjang, oleh karena
itu ada celah," jelasnya.
Mantan Kadis PU Kapuas mengakui satu fender pada pilar nomor enam di
jembatan tersebut memang rusak total, dan diperlukan perbaikan secara
menyeluruh. Sedangkan untuk tiang utama tidak masalah sama sekali,
kecuali hanya diperlukan pengecoran sedikit di bagian pour, yang rompal
(cuil) sedikit karena kena bagian samping tongkang.
"Diperkirakan untuk memperbaiki fender yang rusak total tersebut dapat
menghabiskan dana sekitar Rp5 miliar saat ini. Sedangkan untuk bagian
yang rompal tidak memerlukan biaya yang besar," ucapnya.
Ben juga menjelaskan, fender pada pilar enam jembatan yang menghabiskan
total dana Rp 189.450.917.800 tersebut posisinya sudah tidak terlihat
lagi karena patah. Fender jembatan tersebut merupakan tiang baja dengan
tebal 1,6 cm dan diameter 100 cm yang menjadi satu (monoloid) dengan
kepala beton. Fender tersebut ditanam ke dalam tanah sedalam 38 meter,
yang posisinya terpisah dari tiang utama.
"Ini bukan masalah fendernya tidak kuat, tapi memang karena ditabrak
tongkang yang besar ukurannya, dan bukannya disenggol. Kalau hanya
kapal biasa, mungkin fendernya akan bengkok saja," terangnya.
No comments:
Post a Comment